Kamis, 01 Desember 2016

PARAGRAF



A.    Pengertian Paragaf
Kata paragaf diserap dari bahasa inggris paragraph. Kata inggris paragraph terbentuk dari kata yunani para- yang berarti “sebelum”, dan –grafein “menulis atau menggores”. Paragraf adalah sebuah wacana mini atau suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.[1]    
Paragraf merupakan inti Penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah dkk, 1991:144).
Keraf (1977:51), menyebut paragraf dengan istilah alinea. Alinea adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide.
B.     Ciri-Ciri Paragraf
        Paragraf memiliki ciri-ciri sebagai berikut :[2]
1.        Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
2.        Setiap paragraf menggunakan satu kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan dan menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.
3.        Paragraf menggunakan penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik.   
C.    Fungsi paragraf
1.        Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan kedalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
2.        Menandai peralihan (penggantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3.        Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis
4.         Memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
D.    Macam-Macam Paragaf
             Berdasarkan letak kalimat topiknya paragraf dapat dibagi:[3]
1.        Paragraf deduksi (kalimat topik pada awal paragraf)
                                  Kalimat topik pada awal paragraf pada umumnya berisi pikiran utama yang bersifat umum. Kalimat selanjutnya berisi pikiran penjelas yang bersifat khusus disebut kalimat penjelas. Isi kalimat ini berupa: penjelas, uraian, analisis, contoh-contoh, keterangan, atau rincian kalimat topik.
Contoh :
Selain bank umum syariah, bank konvensional juga mulai melirik bentuk perbankan syariah ini dengan mendirikan unit usaha syariah. Saat ini terdapat tujuh bank yang memiliki unit usaha syariah, yaitu Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BRI, Bank IFI, dan  Bank Pembangungan Daerah Jawa Barat, dan Bank BII. (Ali Mutasowifin, Menggagas Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Di Pasar Nonmuslim).
2.    Paragraf induksi (kalimat topik pada akhir paragraf)
                    Paragraf diakhiri kalimat topik dan diawali dengan kalimat penjelas. Artinya paragraf ini menyajikan kasus-kasus, contoh, penjelasan, keterangan, atau analisis lebih dahulu,barulah ditutup dengan kalimat topik. Dengan demikian paragraf ini menggunakan penalaran induktif.
Contoh :
Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat ini yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan itu adalah dengn melakukan kegiatan investasi. (Sakinah, Investasi Dalam Islam)
3.    Paragraf kombinasi (kalimat topik pada awal paragraf dan akhir paragraf)
                    Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran utama paragraf tersebut. Namun demikian, penempatan kalimat topik pada awal dan akhir paragraf berpengaruh pada penalaran. Kalimat topik pada awal dan akhir menyebabkan paragraf bersifat deduktif-induktif.
Contoh :
Obat-obatan palsu yang beredar di masyarakat tidak mudah dibedakan dari obat asli.Jangankan masyarakat awam, dokter, atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan punsulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama. Faktanya, obat palsu memang sangat sulit dibedakan dari yang asli.
4.    Paragraf penuh
                    Paragraf penuh maksudnya paragraf penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh :
Apabila diselidiki segi tsubut hadis-hadis tersebut, maka keduanya merupakan hadis dha’if. Hadis petama merupakan hadis mursal karena di dalam sanadnya terdapat ibrahim ibn abi yahya yang merupakan perawi yang lemah. Sedangkan hadis kedua merupakan hadis munqathi’ karena dalam rangkaian sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dikenal. (Nur Hidayah, Fatwa-Fatwa Dewan Syariah NasionalAtas Aspek Hukum Islam Perbankan Syariah Di Indonesia)
Berdasarkan posisi dan fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi:[4]
1. Paragraf Pembuka
                    Paragraf yang berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang supaya tidak membosankan. Paragraf pembuka (awal) mempunyai dua kegunaan, yaitu selain supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan tentang tujuan dari penulisan itu.
2. Paragraf Penghubung
                    Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara paragraf dengan paragraf harus saling berhubungan secara logis.
3. Paragraf Penutup
                    Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf penutup berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung. Paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu panjang. Namun, tidak berarti, paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Jadi, seorang penulis harus dapat menjaga perbandingan antara paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.
Berdasarkan Tujuan dari Sifatnya, paragraf dibedakan menjadi lima macam, yaitu paragraf deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.[5]
1.     Deskripsi berasal dari verba to describe, yang artinya menguraikan, memerikan, atau melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat,peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, atau terlihat dalam peristiwa yang diuraikan penulis.
Contoh :
Wanita itu tampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia lebih tua, tapi pakaian dan lagak-lagaknya mengurangi umurnya. Parasnya cantik. Hidung bangur dan matanya berkilauan seperti mata seorang india. Tahi lalat di atas bibirnya dan rambutnya yang ikal bergelombang-lombang menyempurnakan kecantikannya itu.
2.     Narasi (narration) secara harafiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf narasi bertujuan mengisahkan atau menceritakan. Paragraf narasi kadang-kadang mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya, narasi mementingkan urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan. Paragraf narasi tidak hanya terdapat dalam karya fiksi (cerpen dan novel), tetapi sering pula terdapat dalam tulisan nonfiksi
Contoh :
Sejarah perbankan syariah diawali sebelas tahun lalu, ketika Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei 1992, dengan total komitmen modal disetor sebesar Rp 106.126.382.000,- (Bank Muamalat, 1993) Pada masa-masa awal operasinya, keberadaan bank syariah belumlah memperoleh perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”; tanpa rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini tercermin dari UU No. 7 Tahun 1992, di mana pembahasan mengenai perbankan dengan sistem bagi hasil hanya diuraikan sepintas lalu. (Ali Mutasowifin, Menggagas Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Di Pasar Nonmuslim)
3.     Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi biasanya digunakan untuk menyajikan pengetahuan/ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara, dan proses terjadinya sesuatu.
Contoh :
Dalam upaya penciptaan efisiensi operasional dan daya saing bank syariah seperti tersebut di atas, perlu diperhatikan pencapaian economies of scale serta economies of scope dari perbankan syariah. Dalam kaitannya dengan hal inilah perluasan cakupan pasar dengan juga memberikanperhatian pada pasar rasional dan nonmuslim menemukan relevansinya. (Ali Mutasowifin, Menggagas Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Di Pasar Nonmuslim)
4.         Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) yang artinya membuktikan atau menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan suatu pendapat, konsepsi, atau opini tertulis kepada pembaca. Untuk meyakinkan pembaca bahwa yang disampaikan itu benar, penulis menyertakan bukti, Contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah.
Contoh :
Secara umum perkembangan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dapat diringkas pada Tabel 2 berikut. Data-data yang ada menunjukan bahwa perbankan syariah mampu terus bertumbuh baik dalam sisi asset, perolehan laba maupun pengumpulan dana pihak ketiga. Sepanjang 2002 hingga September 2009, asset perbankan syariah tumbuh dari Rp 4.045 Miliyar menjadi Rp 58.034 Miliyar. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan positif setiap tahunnya yang bahkan mencapai 90% lebih pada 2003 dan 2004. Sedangkan untuk tahun selanjutnya pertumbuhan berkisar di antara 17% hingga 36% per tahun. (Yuli Ardiyansyah,Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan Kontribusinya bagi Pembangunan Nasional)
5.        Persuasi diturunkan dari verba to persuade yang artinya membujuk, atau menyarankan. Paragraf persuasi merupakan kelanjutan atau pengembangan paragraf argumentasi. Persuasi mula-mula memaparkan gagasan dengan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan pembaca. Kemudian diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca. Beda argumentasi dengan persuasi terletak pada sasaran yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi menitikberatkan sasaran pada logika pembaca, sedangkan persuasi pada emosi/perasaan pembaca walaupun tidak melepaskan logika. Dengan kata lain, yang digarap paragraf argumentasi adalah benar salahnya gagasan/pendapat. Sementara itu, paragraf persuasi menggarap pembaca agar mau mengikuti kehendak penulis.
Contoh :
Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam obat kuat untuk membangun rasa percaya diri. Bila rasa percaya diri itu suduh semakin besar, pembicara dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi.ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh Karena itu, untuk memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato, anda harus melaksanakan praktik berpidato.
E.     Syarat-Syarat Pembentukan Paragaf
Dalam pengembangan paragraf, kita harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan:[6]
1.    Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut . Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraph hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
 Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Penulis yang masih dalam taraf belajar (tahap pemula) sering mendapat kesulitan dalam memelihara kesatuan ini.

2.    Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat -kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititik beratkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan:
a. Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan
1) Repetisi atau pengulangan kata kunci
2) kata ganti
3) kata transisi atau ungkapan penghubung
b. Pemerincian dan urutan isi paragraf
3.    Kelengkapan
suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

F.     Mengembangkan Paragaf
Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan isi paragraf.[7]
1.      Berdasarkan Teknik
a.       Secara alamiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan :
1) Urutan ruang (spesial) yang membaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya.
2) Urutan waktu (urutan kronologi s) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan.
b.       Klimaks dan Antiklimaks
Pikiran utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya.

c.       Umum ke Khusus, Khusus ke Umum
Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan paragraf, baik dari Umum ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Dalam bentuk Umum ke khusus, pikiran utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian diikuti dengan perincian -perincian. Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai dengan perincian-perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah umumnya berbentuk deduktif artinya dari umum ke khusus.
2.      Berdasarkan Isi
a) Perbandingan dan Pertentangan.
Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha membandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis menunjukkan persamaan dan perbedaan antara 2 hal tersebut. Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatannya sama dan kedua
hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
Perhatikan contoh berikut:
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan persepsi terhadap keberadaan bank syariah disbanding dengan bank konvensional. Dari 124 responden nasabah bank konvensional, sebanyak 51,4% menyatakan bahwa konsep bunga bertentangan dengan ajaran agama. Namun demikian mereka tetap memilih untuk tetap berhubungan dengan berbagai produk yang ditawarkan bank konvensional. Hanya 29,8% dari jumlah responden yang menyatakan dengan tegas bahwa konsep bunga tidak bertentangan dengan ajaran agama, sehingga dapat menjadikan ligitimasi bagi mereka untuk tetap berhubungan dengan berbagai produk bank konvensional. Sementara sisanya (18,5%) berpendapat bahwa mereka tidak tahu; apakah bunga bertentangan dengan agama. (Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah VS Bank Konvensional
b) Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan yang tidak atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
Perhatikan contoh berikut:
Perkembangan teknologi sungguh menakjubkun. Kehebatannya menandingi kesaktian para satria dan dewa dalam cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda, tanpa sapi, dan tanpa kerbau. Jakarta-Surabaya telah dapat ditempuh dalam sehari. Deretan gerbang yang panjung penuh barang dan orang, hanya ditarik dengan kekuatan air semata. Jaringan jalan kereta api telah membelah-belah pulau. Asap yang mewarnai tanah air dengan garis hitam, semakin pudar untuk hilang ke dalam ketiadaan. Dunia rasanya tidak berjarak lagi, telah dihilangkan dengan kawat. Kekuatan bukau lagi monopoli gajah dan badak, tepapi telah diganti dengan benda-benda kecil buatan manusia.
c) Contoh-contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang konkret. Dalam hal ini sumber pengalaman sangat efektif.
Perhatikan contoh berikut:
Masih berkisar tentang pencemaran lingkungan, gubernur Jawa Tengah, Mulyadi, memberi contoh tentang jambu mete di mayong Jepara yang diserang ulat kipat atau cricula Trifenestrata. Ulat ini timbul akibat berdirinya peternakan ayam di tengah-tengah perkebunan tersebut. Menurut Gubernur, izin peternakan ayam di Mayong itu diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d) Sebab-akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab akibat. Dalam hal ini Sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini dikemukakan sejumah penyebab sebagai perinciannya.
Perhatikan contoh berikut:
Jalan kebun jati akhir-akhir ini kembali macet dan semerawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
e) Definisi Luas
teknik ini merupakan pemberian penjelasan tentang sesuatu dengan beberapa kalimat untuk memperjelas definisi. kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa alinea.
Perhatikan contoh berikut:
Pengajaran mengarang sebagai kegiatan terpadu, biasanya ditunda sampai siswa agak mampu menggunakan bahasa lisan, seperti dalam pelajaran membaca. Pada tahap awal, latihan mengarang itu biasanya digunakan untuk memperkuat kemampuandasar seperti : ejaan, pungtuasi, kosa kata, kalimat, dan lain-lain. Kemudian kemampuan mengarang dijadikan pelajaran tersendiri, yakni pengajaran mengarang. Jadi, mengarang adalah suatu kemampuan yang kompleks yang menggabungkan sejumlah unsur kemampuan yang berlain-lainan.
f) Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Perhatikan contoh berikut:
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyaj ian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi , kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasa, subpokok bahasa, dan kemampuan memabagi pokok bahasa dalam urutan yang sistematik.


[1] Siti Annijat Maimunah, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Malang : UIN-MALIKI PRESS,2011), hlm.31.
[2] Ibid., hlm.32.
[3] Ibid., hlm.33.
[4] Ngalimun Syahroni, et.all., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hal. 49-50
[5] Ibid.,hlm.58-60.
[6] Ibid.,hlm.50-53.
[7]Ibid., hlm.54-58.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar